KABARMERDEKA.ID, JAKARTA – Ferry Irwandi, seorang Content Creator dan inisiator Malaka dalam videonya yang berjudul “Elon Musk Ubah X Jadi Tempat yang Berbahaya!” (19 April 2025) mengungkapkan bahwa ia sedang meneliti media sosial. Hasil risetnya selama 600 hari, Ia menyimpulkan bahwa X (sebelumnya Twitter) sejak diambil alih oleh Elon Musk menjadi salah satu platform media sosial paling berbahaya, terutama dalam hal keamanan data, privasi, dan perlindungan identitas pengguna.

“X adalah platform media sosial paling berbahaya dan paling tidak mempedulikan usernya” tegasnya.

Sebelumnya Ia memutuskan untuk menutup akun X setelah menjadi pusat perhatian publik akibat kritiknya terhadap revisi Undang-Undang Tentara Nasional Indonesia (RUU TNI). Keputusan ini diambil setelah namanya menjadi trending topic di X, menyusul pernyataannya yang menolak revisi UU TNI. Keputusan itu ia sampaikan lewat unggahan di akun Instagram pribadinya pada Sabtu, 12 April 2025.

Salah satu kejanggalan yang disorot adalah mudahnya akun-akun anonim di X dilacak dan diidentifikasi, bahkan oleh individu tanpa latar belakang teknis IT. Hal ini menurutnya tidak hanya mengindikasikan lemahnya sistem perlindungan privasi, tetapi juga membuka peluang penyalahgunaan data oleh pihak berwenang maupun individu dengan niat buruk.

Contoh nyata disebutkan dari pengalamannya sendiri, ketika ia mampu mengungkap identitas di balik serangan akun anonim dalam waktu kurang dari sehari berbekal teknik sosial dasar dan observasi digital.

“Enggak sampai satu hari gua bisa ketemu koordinatnya, orangnya siapa, motifnya apa, terhubungnya kayak gimana. Itu dari gue yang bukan ahli IT nih, lu bayangin gimana kalau ahli IT atau gimana lebih besar lagi otoritas atau pemerintah yang memang punya power untuk melakukan itu semua” ungkapnya.

Ferry mengutip kesaksian Peiter “Mudge” Zatko, mantan Kepala Keamanan X, yang menyatakan bahwa X jauh tertinggal dalam standar keamanan industri dan bahkan menyesatkan publik serta pemegang saham tentang tingkat keamanan mereka. Zatko sendiri sempat membawa temuannya ke pengadilan dan memenangkan gugatan dengan nilai triliunan rupiah.

“Dan yang paling gila itu adalah X enggak pakai end to end encryption di DM-nya Dan ini baru coba diperbaiki tahun ini…. Kalau otoritas berkuasa yang minta bocorin ya bisa saja X ngasih….” jelasnya.

Ketika Elon Musk mengambil alih X, ia melakukan efisiensi besar-besaran dengan menutup banyak kantor cabang di berbagai negara, termasuk Indonesia. Meskipun X masih beroperasi di Indonesia, kantor fisiknya sudah tidak ada, dan kini sepenuhnya dioperasikan dari Singapura.

Hal ini menimbulkan pertanyaan besar, karena secara regulasi, platform digital yang beroperasi di Indonesia semestinya memiliki kantor perwakilan di dalam negeri.

Namun, X tetap bisa beroperasi karena telah terdaftar sebagai Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE), yang mengharuskan mereka memenuhi permintaan data dari pemerintah dan sekarang, tingkat persetujuan X terhadap permintaan data dari pemerintah meningkat signifikan.

“…sejak Elon Musk take over X kenaikan atas persetujuan permintaan pemerintah di seluruh dunia itu terjadi secara signifikan dari yang nilainya cuma 50% ke bawah sampai hampir menyentuh 90% disetujui gitu” ucapnya.

Ferry juga menyoroti kebijakan yang sangat komersialisasi. Banyak fitur yang dulunya gratis kini menjadi layanan berbayar termasuk fitur keamanan dasar seperti enkripsi pesan pribadi.

“Segala sesuatu di X sekarang adalah produk jualan, termasuk privasi Anda,” tuturnya.

Langkah ini menunjukkan bahwa fokus utama X kini adalah keuntungan bisnis, bukan lagi kenyamanan atau keamanan penggunanya. (rain)